cute

cute

Minggu, 27 Maret 2011

Tuhan Ada untuk Setia

"SETIA???  hari gini masih zamannya setia?"
suara-suara seperti itu rasanya sudah gak asing lagi bagi kita. Karena pada kenyataannya, setia sudah menjadi hal yang langka bagi kita.Mulai dari hubungan persahabatan, remaja yang berpacaran, bahkan orang dewasa yang sudah menikah. Wuih serem yach !! Pada kondisi yang semacam ini, orang-orang pasti juga turut menanyakan kesetiaan sang Pencipta, yaitu Tuhan sendiri. Tak luput juga saya. Ketika cobaan hidup tiada henti menimpa saya, saya mulai ragu akan kesetiaan Tuhan. Saya pasti bertanya, "Mungkinkah Tuhan sekarang sudah seperti manusia? yang mulai tidak setia pada umat-Nya?"

Pernah suatu kali saya merasa semua orang mengkhianati saya termasuk Tuhan. Perasaan itu muncul ketika pada bulan September 2010, nenek yang amat saya cintai meninggal dunia. Jujur saya sangat terpukul dengan kondisi itu. Di saat saya butuh seseorang yang bisa memberikan penghiburan sejenak untuk menghilangkan kesedihan saya, pacar saya pun memutuskan hubungan kami. Saya sangat merasa kehilangan. Namun semua itu tidak membuat saya jatuh. Saya justru bangkit karena pada waktu itu kepercayaan saya terhadap kesetiaan Tuhan masih sangat kuat. Alasan lain karena saya segera mendapatkan pengganti pacar saya yang telah pergi. Dia jauh lebih baik dari pada pacar saya sebelumnya. Dan di mata saya, ia benar-benar seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuk menghibur saya. Tapi ternyata, di balik itu semua Tuhan masih belum puas dan terus memberikan ujian yang semakin berat untuk saya. Anda tahu ?? dari situlah cobaan saya yang sebenarnya. Di tengah kebahagiaan yang saya lewati bersama pacar saya, kondisi fisik saya terus menurun. Kepala saya sering merasa pusing, dan badan terasa lemah. Saya pun sulit untuk melakukan aktifitas saya seperti biasa. Entah penyakit apa yang bersarang di kepala saya, penyakit ringankah?? atau justru penyakit berbahaya?? saya tak tahu, dan memang saya tak ingin tahu. Tak hanya itu, keharmonisan keluarga pun sudah tak seindah dulu lagi. Orang tua saya sering bertengkar, bahkan kini ibu saya lebih merasa happy tinggal bersama kakak-kakak saya di Palembang. Saya sangat sakit dengan keadaan tersebut. Terlebih lagi, dalam waktu beberapa bulan saja, pacar saya yang baru kembali memutuskan hubungan kami . Sungguh saya sudah tak sanggup lagi menjelaskan perasaan saya waktu itu seperti apa. Rasanya cobaan demi cobaan terus saja datang, dan di saat saya butuh kesetiaan yang begitu kuat, satu per satu orang yang berarti bagi saya menghilang hingga yang saya rasakan hanyalah kesendirian.

semua tidak setia dan saya merasa Tuhan pun mulai menunjukkan ketidaksetiaannya. Dalam doa, saya merasakan jarak yang begitu besar antara saya dan Tuhan.Bahkan dalam peristiwa sehari-hari pun saya merasakan tidak adanya penyertaan Tuhan dalam diri saya. "hei..Tuhan, kenapa Engkau ikut-ikutan tidak setia seperti mereka??" pikir saya.

beberapa bulan saya merasa sendirian sampai saya sadari bahwa Tuhan masih ada di samping saya. Tuhan tetap setia. Setelah beberapa lama saya hanya bergumul dan bertanya "Dimana Tuhan berada??" sampai suatu hari saya bercerita pada teman Gereja saya tentang kegelisahan ini. Teman saya berkata dengan bijaksana, "Coba kamu cerita langsung pada Tuhan. Saat ini pasti Dia sedang menunggumu untuk bercerita tentang semua kegelisahanmu. Sudah sejak lama dia tu udah siap menampung semua problemmu dan bersiap juga untuk menyelesaikannya.karena Dia itu Tuhan yang setia. Selama ini, mungkin justru kamu yang tidak setia. Apa kamu masih bercakap-cakap dengan Dia? mengungkapkan semua problemmu? desi, Dia masih ada di sini untuk kamu kok, karena Dia itu Tuhan yang luar biasa."

mendengar pernyataan itu, batin saya terasa begitu sesak. Saya merasa Tuhan menyapa saya dan menyatakan kesetiannya. Hati saya tiba-tiba terasa begitu ringan, bahagia.Saya baru sadar ternyata selama ini, saya yang tidak setia. Sejak masalah datang bertubi-tubi, saya seperti membangun sebuah tembok yang besar dan tinggi untuk memisahkan saya dengan Tuhan. Malam itu juga saya berdoa, meminta maaf pada Tuhan, yang begitu setia menunggu saya. damai pun kembali mengisi hati saya.
Mazmur 89:2-3 menggambarkan kesetiaan Tuhan yang selalu setia untuk selamanya. Sekarang kembali lagi pada diri kita, bagaimana membalas kesetiaan Tuhan pada kita? saya pernah membaca sebuah pernyataan, ("Bagaimana kita bisa begitu setia dengan manusia yang sangat amat mungkin mengecewakan kita sedangkan kita bisa tidak setia kepada Tuhan yang terus menerus setia pada kita?") dari majalah rohani yang menurut saya pernyataan tersebut amatlah menyentuh.

banyak sekali kok cara-cara manusia untuk membalas kesetiaan tuhan:
  1. mengurangi perbuatan dosa.
    memang bukan hal yang mudah, namun jika ada niat kita pasti bisa. Coba dech, perlahan kita mulai mengurangi perbuatan dosa, di mulai dari yang terkecil saja. Lama-lama kita juga akan terbiasa kok.
  2. terimalah kesetiaan Tuhan dan balaslah kesetiaan itu sesuai kemampuan kita
    menerima kesetiaan Tuhan memang hal yang sangat mudah. Akan tetapi, membalas kesetiaan itu seperti beban yang terasa amat berat. namun sangat mudah jika di lakukan dengan tulus. Lagi pula banyak jalan kok menuju Roma (eeiittzz...salah,,Surga maksudnya!! hhheee). Misalnya sering ke gereja apa lagi bagi orang yang ke gerejanya NaPas (Natal Paskah) doang, mulai belajar berdoa dan beribadah agar kita semakin dekat dengan Tuhan.
  3. belajarlah untuk mempertahankan kesetiaan kita pada Tuhan
    lagi-lagi nih, yg namanya manusia lebih sering ga setianya dari pada setia! Susah banget kayaknya berjalan lurus, satu arah kepada Tuhan. Maunya belok kesini, mampir dulu, lalu stop dululah. Belajar untuk berjalan lurus memang sulit, saya pun juga sering merasa demikian, tapi bisa di latih kok. Caranya?? dengan mengikuti kegiatan gereja. walaupun tak memungkiri, masih banyak orang yang sudah mengikuti kegiatan gereja, tetapi masih saja sulit untuk berjalan lurus. Ironis yach?? tapi setidaknya, dengan mengikuti kegiatan gereja, kita di mampukan untuk lebih setia pada-Nya.
kita akan sakit hati bila kesetiaan yang kita berikan pada orang lain justru di balas dengan ketidaksetiaan. Tuhan pun demikian. Berharap kita melakukan hal yang sama kepada Dia yang selalu setia untuk kita. Tetapi, meski Dia berharap kita setia, Dia tidak pernah memaksa secara keras. Tuhan memiliki kesabaran yang luar biasa untuk tetap setia dan menunggu kesetiaan kita dengan sabar. Tuhan ada di sini untuk setia, bagaimana dengan kamu???

1 komentar: